Hari Sabtu tanggal 25 Mei 2014, masih pukul 4 pagi dan
cuacanya cukup bersih tanpa adanya awan yang biasanya sering mengiringi
bangunnya kota Jakarta. Aku memulai pagi
ini dengan melakukan perjalanan ke kota Medan di Sumatra Utara untuk suatu
pekerjaan kecil yang agak mendesak. Berangkat dari rumah dimulai dengan ojeg
motor yang menjadi langganan setiap akan memulai perjalanan ke luar kota. Aku diantar ke tempat bus Damri yang akan
mengantar ke Bandara Soekarno – Hatta.
Setelah sampai di lobby bandara, aku melakukan check in di
bagian tiket maskapai Sriwijaya, melakukan pembayaran airport tax. Waktu masih 45 menit sebelum waktu
keberangkatan sesuai yang tertera di tiket.
Waktu terus berjalan, oh ….. ternyata ada pengumuman bahwa jadwal
keberangkatan di delay selama 2 jam. Nah
…. Masalaahnya jadi timbul, beberapa penumpang tidak setuju / protes akibat
pengunduran jadwal tersebut.
Bagaimana
mereka sudah bersusah payah beli tiket untuk jadwal pagi pertama dan cukup
mahal ini (termasuk tiket aku yang nilai sudah Rp. 1,5 juta dari biasanya cuman
800 ribu rupiah), belum ditambah dengan perjuangan harus berangkat pagi sekali
sementara banyak orang masih nyenyak tidurnya.
Setiap orang punya kepentingan masing-masing, pasti lah enggak mau
diperlakukan seperti ini. Protes pun berlanjut
sampai ke duty managernya, dan hasil kesepakatannya adalah dicarikan pesawat
penggantinya dan delay hanya sekitar 1 jam saja. Kita tunggu aja buktinya, karena hal tersebut akan cukup merepotkan dan juga menjadi pelajaran buat sebuah maskapai tersebut.
Penerbangan dimula, aku selama di pesawat hanya melamun atau
sesekali tidur ayam (maksudnya setengah tidur, karena duduknya di kelas bisnis
yang tempat duduknya cukup lebar, sayang kalau hanya buat tidur). Tanpa terasa sudah 2 jam perjalanan ini terlampaui, pesawat terbang
akan segera mendarat di bandara udara International Kualanamu. Wah …. Ini ternyata pertama kali aku
menginjak bsndara baru ini sejak diresmikan hampir 1 tahun yang lalu. Kesannya
megah dan besar, dan itu aku rasakan, karena sejak turun dari pesawat hingga
sampai di area kedatangan bagian luar
rasanya perjalanan kakinya cukup jauh, mungkin ada sampai 300 – 400 meter.
Untuk menuju kota Medan, tidak hanya sampai disini. Sebab
waktu di bandara udara Polonia yang terletak di tengah kota Medan, semua
penumpang bisa langsung berganti moda dengan taksi argo atau bektor (becak
motor) yang tak jauh dari pagar luar bandara udara.
Sekarang menuju kota Medan salah satu sarana transportasi
yang ada selain memakai taksi bandara adalah menggunakan kereta api, karena
jarak menuju kota kurang lebih 80 km. Persis di samping gedung bandara juga
telah berdiri dengan megahnya stasiun kereta api modern. Coba kita masuk, hm ……
suasananya cukup modern, semuanya bernuasa stasiun abad 22, penuh dengan ornament
stainless dan juga full ac. Begitu juga dengan penjual tiket yang semuanya
kemayu. Beli tiket seharga Rp 60 ribu, dan kalau diperhatikan sudah seperti
commuter line di Jakarta. Tak lama
kemudian kereta dieselnya sudah dating,
yang setiap keberangkatan berjarak 30 menit.
Nah …. Sekarang kita coba keretanya. Walaupun cuman 4 buah
gerbong, tapi penumpangnya enggak sampai 3 buah gerbong. Ada satu yang kurang
mengena di hati, ada sebagian tempat duduk bila keretanya berjalan ke depan,
ada sebagian penumpang yang duduk serasa berjalan mundur. Yang tak biasa
rasanya enggak enak dan juga sedikit bikin mual.
Setelah membeli tiket untuk ke Medan buat 2 orang, kita menunggu kedatangan kereta tersebut yang akan datang sepuluh menit lagi. Harga tiket per orang senilai Rp 60.000,- (yang katanya sudah diskon dari harga semula Rp 80.000). Kita lihat, berupa layanan dan kondisi kereta tersebut.
Ruang tunggu yang cukup bersih, malah bersih sekali - mungkin karena masih baru yaa? membuat kita tak merasa lama menunggu kedatangan keretanya